Going Crazy ! Part 1

 

Cover Going Crrazy Part 1

Cover Going Crrazy Part 1 

Tittle                            : Going Crazy !

Nama Author              : Ekaphrp / @EPH0918  / NuNa Ekaa Harahap

Genre                         : Friendship, Family, Comedy

Rate                            : All Age

Cast                            : 1. Ham Eunjung

                                      2. Park Hyomin

                                      3. Park Jiyeon

                                      4. Other Cast

 

Desclimer : Cerita ini dibuat dengan sesadar – sadarnya penulis dan dengan ide cerita yang murni dari pikiran penulis.  Dikarenakan selera humor orang yang berbeda – beda jadi mohon maaf kalo FF ini mengandung komedi yang garing. Krik krik krik.

 

——————————————————————————————————————–

 

“Yah Park Hyomin!! Cepat buka pintunya!!” Seru seorang gadis sambil menggedor – gedor pintu dengan keras.

“Eonni aku harus ke sekolah, cepat buka pintunya!!” Timpal gadis lain yang lebih muda disana.

Suasana pagi hari yang selalu diributkan dengan perebutan kamar mandi itu bukanlah hal yang taboo untuk ketiga gadis yang tinggal bersama.

Apartemen sederhana yang hanya terdapat satu kamar mandi, satu kamar tidur big size, serta ruang tamu dan dapur yang menyatu membuat ketiga orang itu terkadang kesulitan.

Hyomin si gadis perfeksionis itu selalu membuat ulah dipagi hari. Kebiasaanya mandi berjam – jam selalu berhasil membuat Eunjung dan Jiyeon naik pitam.

Ya, nyatanya Ham Eunjung si gadis maskulin itu harus tinggal dengan Park bersaudara yang menurutnya sangat menjengkelkan. Hyomin dan Jiyeon adalah kakak beradik yatim piatu yang diasuh oleh Nyonya Ham. Karena bagaimanapun Park bersaudara itu adalah putri dari Bibinya.

Sebelum Nyonya Ham meninggal, Eunjung hidup dengan tenang karena kedua bersaudara itu ‘jarang’ mengusiknya. Tapi setelah itu.. Entah harus dikatakan bagaimana. Eunjung selalu direngeki oleh mereka dengan hal – hal bodoh dan tidak penting. Wajar saja jika mengingat Ham Eunjung adalah orang yang di’tua’kan disana.

Cklek~

Pintu kamar mandi pun terbuka. Keluarlah makhluk bernama Park Hyomin dengan berbalutkan handuk setinggi paha atasnya. Pemandangan yang tidak biasa terpampang dengan jelas dimata Eunjung dan membuat bola matanya hampir saja terlepas dari tempatnya.

“Siapa yang menyuruh kalian untuk bangun terlambat, fiuh~” Ujar Hyomin sambil mengibaskan rambut basahnya.

Hyomin berlenggang seksi dan menyisakan kecengangan diwajah Eunjung. Tanpa mengurangi rasa hormat, diam – diam Jiyeon melangkah pelan memasuki pintu kamar mandi yang menganggur, karena manik mata gadis maskulin disana masih saja mengekori kemana arah Hyomin pergi.

Cklek~

Setelah terdengar suara pintu tertutup. Eunjung seperti orang yang sedang di bodoh – bodohi. Entah kelicikan dari mana yang Jiyeon dapatkan hingga mampu melakukan hal seperti itu.

Eunjung pun menarik nafas dalam – dalam sebelum bom atom dalam dirinya meledak.

“YAH PARK JIYEON !!!!!!!”

Suara gema menggelegar seantero jagad apartemen itu dan hampir saja meruntuhkan bangunan tersebut. Hiperbolanya adalah seperti di ‘sitkom – sitkom’ dimana furnitur – furnitur berjatuhan dan tembok terbelah dua. Namun sayangnya itu hanyalah imajinasi sang penulis.

 

15 menit kemudian..

 

Eunjung berharap di kantornya tidak ada yang sadar kalau ia hanya menggosok gigi dan membasuh bagian – bagian ‘masam’ di tubuhnya. Ia tidak sempat lagi mandi karena ia sudah terlambat hampir setengah jam.

Semua keterlambatannya, Eunjung limpahkan pada kedua bocah terkutuk yang tinggal dengannya. Gadis itu benar – benar tidak tahan lagi dengan kedua kurcaci bermarga Park tersebut.

“Hari ini aku tidak akan mengantar kalian. Aku sudah terlambat. Kalian naik bus saja!!” Gerutu Eunjung, sambil menyiapkan peralatan kerjanya.

Terkejut mendengar pernyataan itu. Dua gadis yang tengah asyik berdandan langsung terkesiap. Hyomin yang masih mengoleskan lipstik menjadi berantakkan karena keterkejutannya. Sedangkan Jiyeon yang sedang memakai eyeliner hampir saja menyolok matanya sendiri.

“Yah Eunjung!!”

Suasana hening ketika tiba – tiba Jiyeon keceplosan memanggil gadis tertua itu dengan sebutan namanya. Eunjung yang tengah menalikan sepatunya terbelalak. Ia menatap tajam gadis yang sedang duduk didepan meja rias ruang kamar mereka. Hyomin yang duduk disebelah Jiyeon langsung menepak kepalanya pelan.

“Yah!! Kau bodoh!!” Bentak Hyomin setengah berbisik.

”Eh.. A.. Maksudku.. Eonni..” Ujar Jiyeon, memelas.

“Sudahlah!! Kalian membuatku hampir gila!!”

Eunjung beranjak dan berjalan menuju ambang pintu untuk segera menuju kantornya.

“Oppa tunggu!!” Ceplos Hyomin tak sadar.

Langkah kaki Eunjung terhenti ketika si gadis perfeksionis itu memanggilnya dengan sebutan ‘Oppa’. Ada yang aneh darinya ketika Hyomin memanggilnya seperti itu. Bulu kuduknya pun langsung berdiri.

“Berhentilah memanggilku Oppa!” Titah Eunjung, dengan ekspresi wajah yang sangat geli lalu setelahnya pergi.

Dan tak kalah gelinya ketika melihat ekspresi Jiyeon. Wajah cantiknya memandang Hyomin aneh. Gadis termuda itu menganggap ada yang salah dengan otak kakaknya.

“Ck. Kau sangat menggelikan.”

Jiyeon pun berlalu karena ia sudah terlambat pergi ke sekolah.

***

Seorang gadis berpakaian glamour dengan high heels setinggi tujuh centimeter terlihat begitu kesulitan berada didalam bus. Ia yang terbiasa duduk di sebelah Eunjung dengan mobil pribadi yang cukup nyaman, kini harus merasakan kemalangan. Ia menggerutu kesal karena hanya dirinya yang mengalami hal itu. Jika mengingat betapa angkuh wajah adiknya saat Jinwoon, pria yang disebutnya sebagai kekasih itu menjemput dirinya dengan motor sport putihnya.

“Dasar adik durhaka!! Kau sungguh menyebalkan!! Lihat saja nanti kau!” Gerutu Hyomin sambil terus membenahi make-up diwajahnya.

Berbeda dengan Park Hyomin, Ham Eunjung tengah dihadapkan dengan sebuah permasalahan besar. Ketua timnya yang bernama Park Soyeon, saat ini terus saja menatapnya seperti seekor singa yang lapar akan mangsa. Berkali – kali Eunjung menelan ludah dengan tidak berani memandangnya.

“Kau tahu ini pukul berapa?” Bentak Soyeon sambil menggebrak meja.

Spontan gadis berambut pendek itu mengerjapkan matanya karena terkejut.

“Ya Tuhan.. Aku berterima kasih karena tidak memiliki penyakit jantung.” Bathinnya.

“Yah!! Kau melamun? Ham Eunjung! Apa kau tidak mendengarku?”

Lagi – lagi Soyeon berteriak dan membuat ruang tim mereka menggema. Beberapa orang disana menoleh sambil menggeleng. Bahkan ada pula yang menertawakan kedua gadis itu.

Eunjung yang bekerja sebagai jurnalis disebuah media cetak terkenal, harusnya tidak boleh terlambat untuk memburu berita. Tapi nyatanya gadis itu adalah pencetak rekor terbanyak sebagai pegawai yang telat.

“Aku mendengar Sunbae-nim.. Lagipula aku baru terlambat sekitar satu jam. Dibandingkan hari – hari yang lain, tentu hari ini aku datang lebih awal bukan?”

Tanpa rasa bersalah, Eunjung mengatakan hal bodoh yang mungkin saja membuat gadis berkuncir kuda itu semakin gusar.

“HAM EUNJUNG!!!!!”

Dengan sigap Eunjung menutup telinganya agar terbebas dari gangguan suara ‘melengking’ seorang Park Soyeon.

“Ham Eunjung lebih baik kau pergi mencari berita, cepat!!” Saran gadis bertubuh mungil disana.

Daripada ruangan itu harus terus menerus mendengar suara mengerikan. Lebih baik Eunjung pergi agar Soyeon tidak bertambah naik darah.

“Ah.. Eonni. Terima kasih!”

Eunjung pun meraih tas di mejanya dan berlari sejauh mungkin. Gadis mungil bernama Boram pun berdecak gemas melihat tingkah Hoobae-nya yang semakin hari semakin ‘sengklak’.

“Sigh~”

Soyeon mendengus kesal karena sahabatnya justru membiarkan Eunjung lepas dari tikamannya.

“Yah Jeon Boram! Kau selalu saja mengganggu acaraku! Tidak bisakah kau biarkan aku menelannya hidup – hidup.”

Glek. Boram terkejut. Ucapan apa itu. Bagaimana bisa manusia berkata seperti itu.

“Apa kau monster? Kau sungguh menyeramkan.”

Boram mengambil berkas dimejanya dan segera berlari keluar dari ruangan yang lebih pantas disebut sebagai ruangan eksekusi itu.

Beberapa orang yang masih ada disana terkekeh pelan dibalik layar komputer mereka.

“Apa yang kalian tertawakan!” Pekik Soyeon membungkam ekspresi orang – orang disana.

 

***

 

Hyomin menghela nafas panjang ketika jam kuliahnya berakhir. Si gadis perfeksionis itu terdaftar sebagai mahasiswi tingkat menengah jurusan desain. Tak heran jika gaya fashionnya di kampus selalu cetar membahana. Bagai halilintar yang dapat menarik seluruh penjuru dunia, begitu pun gaya fashion gadis berbibir seksi tersebut. Fashion dan desainnya yang selalu menjadi tiruan kalangan sahabat dan lingkungan kampus membuat Park Hyomin menjadi sangat populer seantero kampus tersebut.

“Hyomin-ah.. Lusa akan  ada midnight party. Kau sudah mempersiapkan semua?”

Sambil berjalan menelusuri koridor kampusnya yang luas, Hyomin mengusap – usap tengkuknya lemah. Ia tahu apa maksud pertanyaan yang di lontarkan si gadis barbie tersebut. Lee Kyuri sahabatnya, selalu saja membuat dirinya bosan dengan pertanyaan yang menjurus soal pria.  Ya, diacara midnight party itu memang diharuskan membawa pasangan masing – masing. Tapi mengingat Hyomin tidak memiliki teman pria, itu membuatnya sangat kesulitan.

“Apa kau tidak malu.. Bukankah kau gadis terpopuler di kampus. Bagaimana bisa kau tidak punya kekasih.”  Sindir Kyuri.

“Siapa bilang!!”

Suara Hyomin meninggi. Langkahnya terhenti.

“Apa maksudmu?”

“Pria. Kekasih. Tentu semua itu aku punya.”

Hyomin kembali terdiam sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati.

“Bodoh kau park Hyomin. Kebohongan apa yang akan kau lakukan?”

Sisi malaikat seorang Park Hyomin seakan menyesali ucapannya barusan.

“Siapa? Mengapa kau tidak pernah menceritakannya padaku, eung?”

Kyuri menarik – narik lengan Hyomin yang bertopang didada. Seperti seorang anak kecil yang tengah meminta permen pada Ibunya.

“Aku lapar!! Kita bicarakan nanti!”

Sejurus elakan telah Hyomin kerahkan. Setidaknya ia harus terbebas dengan pertanyaan yang memusingkan itu disaat makan siang seperti ini. Hyomin berlenggang dengan sangat percaya diri. Entah alasan apa yang akan ia berikan nanti yang terpenting saat itu adalah bagaimana perutnya bisa terisi agar otaknya berjalan lancar ketika berbohong.

“Baiklah.. Baiklah..”

***

“Eunjung-ah.. Kumohon.. Bantulah aku!!!” Rajuk Hyomin sejak sore tadi.

Eunjung yang mendengar rajukan itu, membuat telinganya panas. Entah apa yang diinginkan Hyomin sejak sore tadi. Ia hanya meminta Eunjung untuk membantunya. Tapi tak kunjung mengatakan apa yang diinginkannya.

“Dengar Hyomin-ah.. Aku lebih tua darimu.. Jadi kau tidak boleh memanggilku seperti itu.”

Kali ini Eunjung berbicara dengan nada lembut sambil bolak balik menyiapkan makan malam. Ia tidak menghiraukan keberadaan Hyomin yang terus mengekorinya. Bahkan ia pun tak sempat melihat wajah gadis itu yang mungkin sudah memelas.

“Baiklah.. Baiklah.. Oppa!”

“Yahhhh!” Pekik Eunjung.

Hyomin terbelalak. Matanya membulat lalu kemudian mengerjap – ngerjap. Ia begitu terkejut dengan reaksi yang di tunjukkan sepupunya.

“Berapa kali kukatakan jangan panggil aku Oppa. Aku ini wanita, Hyomin-ah…”

Ekspresi Eunjung. Hyomin begitu menyukai ekspresi Eunjung yang tiba – tiba marah seperti itu. Ia pun terkekeh memamerkan giginya yang indah. Namun hal itu jelas membuat Eunjung semakin gila.

“Ya Tuhan!! Aku hampir gila!!”

Eunjung kembali menyelesaikan masakannya.

“Oppa.. Kumohon..” Rajuk Hyomin, lagi.

“Beri aku waktu untuk menyelesaikan tugasku. Setidaknya izinkan aku untuk mengisi perutku, Park Hyomin!” Ujar Eunjung menahan emosinya.

“Ah~ Benar~”

Akhirnya gadis itu sadar. Eunjung pun berterima kasih pada setan yang ada dalam diri Hyomin. Karena masih berbaik hati mengizinkannya untuk makan.

Hyomin pun kembali ke sofa dan menyalakan tv. Ia menunggu sampai Eunjung selesai masak malam untuk mereka.

“Selesai!!”

Gadis maskulin itu membawa hidangan ke tempat dimana Hyomin berada.

“Ini untukmu!”

Kemudian menyodorkan semangkuk ramen ke hadapannya. Tanpa berlama – lama, Hyomin pun menyambarnya dengan senang hati.

 

Sluurrrrrrrrp~

Terdengar jelas suara mie yang menyusup disela bibir kedua gadis disana. Ah~ ternyata malam itu mereka hanya ada berdua. Omong – omong Jiyeon dimana? Apa kedua gadis disana tidak ada yang mencemaskannya? Mereka hanya tetap asyik makan sambil menonton acara tv yang membosankan.

“Huaaaa kenyangnya perutku ini!!”

Hanya dalam waktu lima menit Eunjung dapat menyelesaikan semangkuk besar mie ramen. Dan dimenit berikutnya begitupun dengan Hyomin.

Setelahnya, mereka bersama – sama bersandar pada punggung sofa sambil mengelus – elus perut mereka.

“Astaga!” Seru Eunjung, bangkit dari sofanya.

Hyomin yang terkejut dengan sikap sepupunya ikut beranjak dan mensejajarkan dirinya dengan Eunjung.

“Yah! Dimana adikmu? Dimana Park Jiyeon! Bagaimana bisa seorang pelajar belum tiba jam segini.” Pekik Eunjung dengan jari telunjuk yang hampir mencolok mata cantik gadis dihadapannya.

Terkadang Hyomin selalu dipusingkan dengan sikap Eunjung yang sangat berlebihan. Sebenarnya hal itu bukanlah kali pertama Jiyeon pulang terlambat. Tapi hampir setiap hari. Hanya saja Eunjung selalu terlambat menyadarinya.

“Helllo!!!!! Kau ini terlalu berlebihan Nona Ham..” Ujar Hyomin menepis telanjuk Eunjung yang masih bertengger di depan matanya.

“Apa?” Suara Eunjung meninggi satu oktaf.

“Sekarang baru pukul tujuh malam. Dan ini belum terlalu malam untuk seorang pelajar.”

Hyomin kembali menghempaskan tubuhnya ke sofa dan mengacuhkan sikap ‘berlebihan’ Eunjung.

“Tapi bagaimana bisa..”

”Anyeong!!! (Hai)!!”

Tiba – tiba suara tanpa dosa memotong ucapan si gadis ‘tampan’ itu. Yaps, siapa lagi kalau bukan gadis berambut blonde panjang, Park Jiyeon. Gadis berseragam sekolah itu masih berdiri di ambang pintu sambil memandang takut Eunjung. Firasatnya berubah menjadi buruk. Kedatangannya disambut dengan tatapan membunuh Eunjung.

“Park Jiyeon.. Sepertinya kau dalam masalah besar. Haha.” Ejek Hyomin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv.

“Diam kau!” Bentak Eunjung, membungkam mulut Hyomin.

Hal itu membuat Jiyeon terbahak – bahak dan membuat Hyomin menjadi malu. Semarah apapun Eunjung terhadap kedua kakak beradik itu. Namun mimik wajah Eunjung selalu memancarkan kelucuan. Itulah sebabnya Hyomin dan Jiyeon tidak pernah takut pada gadis tertua dirumahnya.

“Aishhh kalian membuatku gila!! Benar – benar gila!!”

“Sudahlah Eonni.. Jangan terlalu sering marah.. Nanti wajahmu akan bertambah jelek.”

Jiyeon berjalan menghampiri Eunjung yang masih mematung di depan sofa. Ia terlihat seperti membawa kantongan.

“Aku membawakan sup iga untukmu.”

Tahu apa yang bisa membuat hati Eunjung senang. Sebelum menapaki rumahnya, Jiyeon sengaja mampir ke restoran sup iga. Ia berpikir untuk menyuap Eunjung dengan makanan.

Gadis itu pun meraih tangan kanan Eunjung dan menyerahkan langsung kantongan itu ke tangannya. Sedetik kemudian Jiyeon pun mengedipkan sebelah matanya dan berlalu ke kamar.

Ternyata benar. Eunjung tidak bisa berbuat apa – apa jika kondisinya sudah seperti itu. Makanan adalah hal yang sangat membahagiakan baginya.

“B-B-Baiklah. Anggap kau tidak pernah telat.” Ujar Eunjung, ramah.

“Yah! Apa – apaan ini!” Protes Hyomin.

Eunjung tidak mempedulikan protesan Hyomin dan berlalu saja ke dapur untuk menyantap sup iga itu sendiri. Ya, hanya sendiri.

“Kau sungguh tidak berpendirian. Pffft~” Lanjut Hyomin.

***

“Mengapa semua wanita ber-marga Park selalu membuatku gila! Park Hyomin, Park Jiyeon, dan sekarang..”

Eunjung menghentikan gerutuan dan juga langkahnya tepat didepan pintu sebuah ruangan. Matanya tertuju pada pintu seakan ia sedang memarahi pintu tersebut.

“Atasanku sendiri, Park Soyeon. Aishh sungguh membuatku gila!” Lanjut gadis itu sambil mengacak – acak rambutnya.

Seperti orang bodoh, ia mematung dan mencaci pintu tak berdosa. Ia terus menggerutu.

“Besok hari minggu, tapi bagaimana bisa wanita cerewet itu menyuruhku untuk lembur.”

Setelah merasa semua keluh kesahnya keluar dengan sempurna. Eunjung menarik nafas dan mengetuk pintu ruangan itu.

Pagi hari, dihari sabtu Eunjung masih disibukkan dengan deadline berita untuk hari senin. Pagi itu ia harus datang lebih awal untuk menyerahkan bahan beritanya pada tim redaksi,  karena ketua tim redaksi itu hanya ada pada jam – jam tertentu.

“Masuklah..”

Terdengar suara berat nan maskulin memerintahkannya dari dalam untuk masuk.

Tanpa berlama – lama ia pun memasuki ruangan tersebut. Gugup, itulah yang dirasakan setiap harus menyerahkan berita – berita pada ketua tim redaksi perusahaannya.

“Oh Ham Eunjung.. Kau sudah mendapatkan bahan berita yang menarik?” Tanya seorang pria, sembari sibuk mengetik.

“Ya.”

Eunjung menggangguk pelan. Matanya tak kunjung berhenti memandang pria bertubuh kekar tersebut. Ok Taecyeon, nama ketua tim redaksi yang selalu berhasil membuatnya gugup.

Tanpa aba – aba pria itu menoleh dan menatapnya. Spontan, Eunjung pun mengalihkan pandangannya. Taecyeon terkekeh, ia merasakan gadis itu sedang salah tingkah.

“Mana bahan beritamu, biar aku baca sekilas.”

Taecyeon menegadahkan tangannya, menunggu Eunjung menyerahkan kertas ditangannya.

“Ah.. I-Ini..”

Setelahnya Taecyeon kembali sibuk menelaah bahan berita yang telah dikumpulkan Eunjung. Saat bekerja, Taecyeon sangat professional. Hal itu dapat dilihat dari kinerjanya.

“Ahh Eunjung-ah.. Mengapa kau terlihat bodoh!” Gumam Eunjung, mencela dirinya.

“Baiklah.. Beritamu cukup menarik. Kau boleh pergi.”

Taecyeon memberikan senyum kecil dibibirnya, terlihat lesung pipi yang membuatnya semakin terlihat tampan.

Ya Tuhan.. Jantungku..” Gumam Eunjung menahan gugup.

“Baiklah.. Terima kasih Taecyeon-ssi.”

Eunjung berbalik. Secepat mungkin ia ingin keluar dari ruangan itu. AC yang begitu dingin tidak dapat menyembunyikan peluh karena menahan gugup.

“Hey Ham Eunjung!” Seru Taecyeon, menghentikan langkahnya.

Dengan tergesa Eunjung berbalik, “Ya?”

“Apa malam ini kau ada acara?”

“Apa?”

Eunjung terkesiap. Ia meyakinkan dirinya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tawaran yang memiliki banyak arti, pikirnya.

Taecyeon terkekeh. Mungkin karena ia merasa lucu dengan mimik wajah Eunjung saat sedang terkejut.

“Aku bertanya, apa malam ini kau ada acara? Jika tidak, aku ingin mengajakmu makan malam.” Tegas pria itu dan berhasil membuat Eunjung menganga.

“A-A.. I-Itu..” Eunjung terlihat gugup.

Ah sial! Mengapa hari ini aku begitu sibuk. Jika bukan karena lembur dan rengekan Hyomin agar aku membantunya, mungkin aku bisa pergi berdua dengan pria ini.” Bathinnya, kesal.

“Eunjung-ah..”

Panggilan non formal seketika membuat Eunjung terkejut. Baru saja, Taecyeon memanggilnya dengan panggilan non formal, dikantor.

“A-A-A-Ku.. Maafkan aku Taecyeon-ssi. Hari ini aku harus lembur.”

Dengan lidah kelu, Eunjung menolak tawaran itu. Tawaran yang sebenarnya tidak ingin ia tolak.

“Oh.. Baiklah, mungkin lain kali.” Ujarnya menutup perbincangan.

***

Masih didepan pintu ruangan tim redaksi, Eunjung berdiri sambil menyesali penolakan yang baru saja dikatakannya.

Ia memukul – mukul kepalanya, mencaci dirinya sendiri. Mengutuk semua orang yang telah menyulitkannya untuk malam ini.

“Park Hyomin.. Park Soyeon!! Kalian.. Errrghh..” Geram Eunjung, kesal.

Emosinya memuncak. Ia merajuk seperti orang bodoh. Menghempaskan kakinya silih berganti, seperti anak kecil yang tengah meminta permen.

“Yah Ham Eunjung!!”

Suara memekik di koridor yang sepi itu. Suara siapa lagi jika bukan milik gadis bernama Park Soyeon, atasan Eunjung yang selalu membuatnya gila.

Firasat gadis itu semakin bertambah buruk ketika langkah Soyeon semakin mendekat.

“Sedang apa kau didepan ruang redaksi?” Tanyanya setelah bersejajar dengan posisi Eunjung.

“Aku baru saja mengantar bahan berita untuk lusa.” Jawab Eunjung, malas.

“Ah..”

Soyeon mengerti. Setelahnya gadis itu tersenyum pada Eunjung dan membuat si gadis maskulin tersebut bergidik ngeri.

“Malam ini kau tidak perlu lembur. Karena pekerjaan di tim kita sudah diselesaikan oleh Boram.” Paparnya.

“YAH!!!!!!!” Pekik Eunjung tidak mempedulikan sekitarnya.

Ekspresi Soyeon begitu terkejut. Wajahnya seperti tersapu oleh angin topan. Pekikan Eunjung membuatnya tercengang. Ada apa dengan gadis itu.

“Mengapa kau tidak mengatakannya daritadi!!” Lanjut gadis itu dengan suara lantang.

“Ya. A-A-A-Ada apa denganmu! Kau sadar dengan siapa kau bicara!”

Lidah yang semula kelu, berubah menjadi bentakan yang sangat dasyat. Keduanya sama – sama tidak ingin mengalah, layaknya bocah sedang bertengkar.

“Aku tidak peduli!! Aku tidak peduli!! Aku tidak peduli!!”

 

Cklek~

 

Tiba – tiba pintu yang ada dibelakang Eunjung terbuka dan menampakkan sosok yang mengejutkan keduanya.

“Ah anyeonghaseyo, Taecyeon-ssi!” Sapa Soyeon, ramah.

Apa? Taecyeon-ssi? Matilah kau Ham Eunjung..” Gumam Eunjung.

“Oh.. Anyeonghaseyo!!” Sahutnya dengan ramah pula.

Eunjung tak bergeming. Ia menggigit bibir bawahnya karena merasa bodoh. Ingin berbalik, tapi ia terlalu malu. Akhirnya gadis itu bergeser sedikit lalu memutar tubuhnya menghadap pria tersebut sambil menyembunyikan wajah bodohnya.

Hal itu sungguh membuat pria disana aneh dan ingin sekali tertawa.

“Aku mendengar keributan dari dalam. Apa ada sesuatu yang terjadi?”

“Kau benar – benar bodoh Eunjung-ah.” Gadis itu membathin.

“Ah tidak, Taecyeon-ssi. Tadi hanya..”

“Maaf.. Aku harus kembali keruanganku. Permisi!!” Sela Eunjung, memotong pembicaraan Soyeon.

Langkah yang tergesa, lagi – lagi menimbulkan pandangan buruk terhadapnya.

Dengan lantang Soyeon berkata, “Bukankah ruanganmu kearah sana?”

Soyeon menunjuk arah berlawanan dari arah langkah kaki gadis itu. Tentu, membuat Eunjung berkali – kali lipat lebih malu.

“Ah.. Aku lupa.”

Dengan polosnya Eunjung berkata dan berbalik arah. Ia berjalan melewati kedua orang itu dengan wajah tertunduk. Taecyeon menyisakan senyum simpul diwajahnya. Sedangkan Soyeon berdecak kesal melihat tingkah bawahannya.

***

“Yah.. Jiyeonie. Kapan kau akan mengajakku main kerumahmu.”

“Jangan! Kau pasti tidak akan tahan.”

“Mengapa? Apa rumahmu terlalu sempit?” Ejek orang itu.

“Yah!”

Jiyeon menghempaskan sendok itu pelan. Sungguh malang nasib sendok tak berdosa itu.

“Meskipun aku dan dua saudaraku tinggal di apartemen sederhana, tapi kami selalu berkecukupan.” Paparnya, melemah.

“Baiklah aku mengerti. Lalu?”

Jiyeon menatap temannya disebrang meja. Kim Danee murid akselerasi yang sudah dua tahun menjalin persahabatan dengan gadis itu. Meski Danee berusia lebih muda. Ia tak sungkan memanggil Jiyeon hanya dengan nama. Lagi pula si gadis eyeliner itu tidak ingin dipanggil ‘eonni’. Karena hal itu membuatnya terlihat sangat tua.

“Karena saudara sepupuku sangat rewel. Kau tidak akan tahan dengannya, dia bisa saja tiba – tiba seperti bibi yang sudah lama tidak menikah. Perasaannya menjadi sensitif. Itulah mengapa dia selalu rewel dan marah – marah.”

Disela – sela  makan siang itu, Jiyeon dengan lantangnya menjelek – jelekkan Eunjung. Entah apa yang akan dilakukan sepupunya jika ia tahu Jiyeon telah mencemarkan nama baiknya.

“Hahaha. Kau sungguh keterlaluan.”

Tanpa dosa Jiyeon hanya berkata, “Biarkan saja.”

Tak lama setelah perbincangan mereka selesai. Sosok pria tinggi menghampiri Jiyeon dan lekas duduk disampingnya. Menyerobot sendok yang hampir saja lolos kemulutnya.

“Yah! Jung Jinwoon!” Pekik Jiyeon, membuat Danee tersedak.

“Apa? Haha.”

Pria itu, kekasih Jiyeon. Sudah hampir satu tahun bersama. Dibawah atap gedung sekolah yang sama. Meskipun Jinwoon adalah senior dan Jiyeon juniornya. Namun Jiyeon selalu mendominasi hubungan mereka.

“Ehem.” Dehem Danee.

Merasa sebagai penghalang. Gadis jenius itu pun bangkit setelah menyelesaikan makan siangnya.

“Aku pergi! Anyeong!” Serunya dengan wajah datar.

“Hey Danee-yah.. Kau ingin pergi kemana?” Tanya Jinwoon menatap punggung adik kelasnya yang berlalu.

“Ke kelas!” Seru Danee tanpa membalikkan pandangan.

“Sigh~ kau mengganggu kami saja.”

Jiyeon kesal dan menaruh sendok ditangannya keatas meja. Mendapat tatapan tajam, membuat Jinwoon hanya menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersenyum kuda.

 

DRRRTTTT..

 

Suara getar ponsel gadis itu berbunyi. Dilihat dari lampu LED yang menyala, sepertinya itu tanda ada pesan ya masuk.

 

From : Minie Mouse

Jiyeonie, kau harus pulang lebih awal. Jaga rumah.. Karena aku dan Eunjung akan pergi kesebuah acara. Kami akan pulang pagi.

 

Wajah kesal dan decak dari mulut Jiyeon membuat penasaran pria disampingnya.

“Siapa?”

“Siapa lagi kalau bukan si Minie.”

”Oh.. Hyomin Noona yang seksi itu?”

Jiyeon merungut. Bibirnya mencibir kekasihnya sendiri. Ia tidak heran lagi, karena kodrat pria memang seperti itu.

“Dasar pria!” Cibir Jiyeon, menatapnya tajam.

“Hehehe.”

***

Sabtu sore itu, disebuah ruangan para jurnalis, seorang gadis bergegas membereskan berkas – berkas miliknya. Mengingat hanya ia sendiri dalam ruangan tersebut, Eunjung tidak segan kala harus berbicara sendiri. Mungkin jika ada yang melihatnya, orang itu akan menganggap bahwa Eunjung gila. Namun nyatanya ia memang merasa seperti itu. Ia benar – benar hampir gila ketika mengingat apa yang Hyomin katakan tadi pagi.

 

-Flashback-

 

Laju mobil berjalan dengan kecepatan rata – rata. Karena akhir pekan, jalanan tidak terlalu padat. Jadi sang pengendara pun mengemudi dengan gaya santai.

Sebelum berangkat ke kantor, kewajibannya setiap pagi adalah mengantar kedua kakak beradik bermarga Park tersebut ke kampus dan sekolah.

Tapi tidak seperti hari biasanya, Jiyeon tidak ikut bersama mereka karena berangkat lebih awal bersama kekasihnya.

Ditengah perjalanan, Hyomin membuka pembicaraan yang mengejutkan. Sontak Eunjung menghentikan mobilnya hingga terdengar suara decit ban mobil miliknya.

“Yah! Kau sudah gila!” Pekik Eunjung kearah gadis berbibir sexy tersebut.

Hyomin sudah tahu semua pasti akan terjadi seperti ini. Mulutnya yang terlalu gamblang membuatnya harus mempertanggung jawabkan semua itu.

Perbincangan antara dirinya dan Kyuri beberapa hari yang lalu memang sudah melampaui batas. Bagaimana bisa ia mengada – ngada bahwa dirinya tinggal bersama seorang pria satu atap demi mempertahankan harga dirinya.

Hal tersebut kemungkinan ada benarnya juga. Karena saat mengatakan semua itu, yang terlintas dalam benak Hyomin adalah Eunjung. Sepupunya yang lebih pantas terlihat seperti seorang pria.

“Kumohon.. Bantu aku Oppa.. Eh.. Eonni.”

“Ck. Kau memanggilku seperti itu lagi.”

Entah harus bagaimana. Eunjung seperti ingin tertawa tapi hatinya berat. Ide konyol itu baru ia dengar sepanjang hidupnya. Sepupunya meminta dirinya berpura – pura menjadi pria diacara midnight party kampusnya.

“Ayolah.. Kumohon bantu aku.”

Hyomin merengek sambil menarik – narik lengan Eunjung yang masih menggantung di stir mobil. Jujur, Eunjung tidak bisa melihat Hyomin merengek seperti itu. Bahkan tidak sekalipun ia ingin melihat Hyomin menangis. Meskipun setiap hari ia selalu mengoceh karena kegilaan gadis itu. Tetap saja hatinya akan sakit jika Hyomin menangis karenanya.

“Baiklah.. Baiklah.. Sekali saja! Jika kau meminta untuk kedua kalinya, jangan harap aku ingin.” Tegasnya.

Akhirnya Hyomin bernafas dengan lega. Ia berpikir gadis itu akan menolak permintaannya mentah – mentah. Tapi hal itu tidak sama sekali terjadi. Semburat senyum pun terpancar, membuat Eunjung benar – benar semakin gila.

“Oh God.. I’m going crazy now!” Bathin gadis itu.

 

-Flashback End-

 

Raut wajah Eunjung menjadi malas. Ia membaringkan kepalanya diatas meja. Belakangan ini entah mengapa orang – orang ingin sekali membuatnya gila.

“Kau sedang apa?”

Tiba – tiba suara berat mengejutkannya. Eunjung pun menegakkan kepalanya dan menatap seorang pria yang telah berdiri diambang pintu.

“Kau tidak pulang?” Tanyanya untuk yang kedua kali.

Pria itu.. Ya, siapa lagi jika bukan Ok Taecyeon.

“Ah.. Itu.. A-Aku..”

“Oh ya, aku lupa kalau kau lembur.” Ujar pria itu memotong ucapan Eunjung.

“Eh? Ya..”

Eunjung gugup, ia pun bangkit dari duduknya saat Taecyeon berjalan menghampirinya. Langkah kakinya, bahasa tubuhnya, Eunjung sangat menyukai semua itu. Taecyeon terlihat begitu ‘cool’ ketika berjalan.

“Ini untukmu.”

“Apa?”

Eunjung terkejut karena tiba – tiba Taecyeon memberinya secangkir kopi hangat.

“Iya, ambil saja.”

“Oh.. Terima kasih!”

“Baiklah kalau begitu. Aku pamit dulu. Permisi!”

Taecyeon berlalu begitu saja. Eunjung begitu terpaku. Apa pria itu datang hanya untuk mengantarkan kopi ini? Pikirnya.

“Huaa.. Dia membuatku terpesona.”

***

Acara malam itu akhirnya tiba. Tepat pukul sepuluh malam waktu setempat, Hyomin dan Eunjung tiba di kampus. Ternyata memang benar, acara tersebut didominasi oleh pria dan wanita berpasangan.

“Hyominie!” Panggil seorang gadis sambil melambaikan tangannya.

“Hey!!” Sahut Hyomin sambil menggandeng seorang pria.

Namun tepatnya seorang gadis yang terlihat seperti pria. Bagaimana tidak, Hyomin si gadis fashionista sudah merubah penampilan Eunjung dengan sangat sempurna. Eunjung yang sangat sulit dibujuk untuk mengenakan pakaian formal akhirnya hanya menggunakan jeans belel dengan kaos putih. Lalu Hyomin juga sengaja menambahkan kacamata pada Eunjung agar terkesan maskulin.

“Oppa.. Jangan terlalu tegang.” Ujar Hyomin.

“Eh..”

Kyuri memerhatikan Eunjung dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilan Eunjung malam itu sangat bertolak belakang dengan Hyomin. Dimana Hyomin sangat elegan dengan gaun bewarna hitamnya sedangkan pria disampingnya?

“Anyeonghaseyo!! Kyuri-imnida!!” Seru Kyuri seraya memperkenalkan dirinya.

“Oh.. A-Anyeonghaseyo!! Jungseok-imnida.”

Eunjung teringat pesan Hyomin untuk mengganti namanya dengan nama itu. Agar penyamaran yang dilakukan mereka lebih sempurna.

“Sudahlah.. Ayo kita masuk!” Ajak Hyomin, menggandeng tangan kekasihnya tersebut.

“Lihat saja kau Park Hyomin!” Gumam Eunjung, menatap tajam Hyomin yang tersenyum penuh kemenangan.

Suasana didalam tidak ada yang menarik. Hanya seperti pesta – pesta biasa yang mana pasangan disana saling bercengkrama dan berdansa bersama.

Eunjung terlihat tidak menyukai tempat itu. Ia seperti orang bodoh yang hanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memerhatikan sekelilingnya.

Hyomin dan Kyuri justru asyik dengan obrolan tidak penting mereka. Mulai dari A sampai Z perbincangan itu mereka kupas hingga ke akar – akarnya. Entah apa itu, yang jelas Eunjung tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

“Dimana kekasihmu? Aku tidak melihatnya sejak tadi?” Tanya Hyomin.

“Ah.. Dia sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku tidak tega untuk mengajaknya.” Papar Kyuri.

“Oh..”

“Kau lihat Park Hyomin! Kyuri-ssi saja bisa mengerti jika kekasihnya sibuk. Tapi kau? Ck.” Ujar Eunjung menyindir.

Kyuri hanya terkekeh melihat ekspresi Hyomin saat itu. Meski Eunjung berbicara dengan wajah yang biasa saja tanpa menunjukkan kekesalannya, mungkin. Tapi Hyomin merasa sangat tersindir dengan ucapan itu.

“Yah.. Oppa!” Rajuk Hyomin, memukul pelan lengan Eunjung.

Lagi – lagi dengan rajukan itu Eunjung melemah. Entah mengapa rajukan Hyomin selalu berhasil membuatnya seperti orang bodoh.

“Baiklah.. Maafkan aku..” Ujar Eunjung berpura – pura tersenyum.

“Kalau begitu, cium aku!” Pinta Hyomin mengejutkan Eunjung.

“Apa?”

Eunjung melonjak. Bola matanya membesar dan pupilnya mengecil. Hyomin benar – benar menguji kesabarannya malam ini. Bahkan tidak hanya Eunjung, Kyuri saja tidak menyangka sahabatnya akan se-agresif itu.

“Kau benar – benar menggelikan, Park Hyomin.” Cerca Kyuri, mengejek.

“Cepat!” Seru Hyomin tidak menggubris ucapan Kyuri.

Tak ada jalan selain menuruti permintaan gadis gila satu itu. Dengan amat sangat berat hati, Eunjung pun menarik tengkuk dan mendaratkan kecupannya dikening gadis tersebut.

Hyomin terlihat tidak puas dengan hal itu, karena yang ia inginkan adalah kecupan dibibir sexy-nya.

Kyuri terkekeh melihat kedua makhluk yang bisa dikatakan aneh itu. Mereka tak henti – hentinya membuat Kyuri berdecak.

“Sudahlah.. Kalian ini sungguh membuatku iri..”

“Hehe. Maafkan aku Kyuri-yah..”

Hyomin menggelayut genit dibahu Eunjung.

“Ah.. Omong – Omong, kekasihmu sangat cantik.”

“Eh?” Eunjung menganga.

Hyomin pun tersentak kaget.

“A-I-I-Itu.. Sudah banyak yang bicara seperti itu, bahkan orang lain selalu berkata dia lebih cantik dariku.” Papar Hyomin, asal.

“Rasakan kau Minie mouse, aku ingin tahu bagaimana ekspresimu jika semua orang tahu kau berbohong.” Bathin Eunjung tersenyum licik.

“Ah.. Untung saja Jungseok memiliki kharisma yang sangat ‘cool’. Mungkin jika dia seperti boy group dengan usia sekitar dua puluh tahunan, dia akan lebih terlihat seperti pria cantik.” Kekeh Kyuri.

Entah sudah seperti apa wajah Hyomin. Mungkin terlihat seperti tomat. Karena wajahnya saat itu sudah merah padam akibat menahan malu.

“Ah bukankah kau ketua penyelenggara acara malam ini? Kau harus segera membuka acara, sekarang sudah pukul duabelas malam. Cepat!” Hyomin mengalihkan pembicaraan agar semua tidak terbongkar dengan cepat. Ya, penyamaran yang dilakukan Eunjung saat itu.

“Ah benar! Yasudah..”

Kyuri pun beranjak meninggalkan mereka. Tak lama setelah gadis barbie itu hilang dari pandangan. Tiba – tiba..

 

PLETAK !!

 

Sentilan keras mendarat dikening Hyomin. Sontak gadis itu pun meringis bak teriris.

“YAH HAM EUNJUNG!!” Pekik Hyomin dikeramaian.

Hal itu tentu seperti pekerjaan yang sia – sia. Ditengah kebisingan ruangan itu, suara kerasnya sekalipun mungkin akan terdengar seperti suara angin yang keluar dari bokongnya. Pelan dan tak berarti. Eunjung hanya tertawa puas karena dapat membalas perbuatan gadis itu.

“Itu hukuman karena kau seenaknya meminta ciuman dariku!”

“YAH!”

***

Langit masih gelap. Dua orang gadis baru saja tiba dibasement apartemen mereka. Tepatnya pukul lima pagi. Salah satu gadis berambut pendek disana terlihat sangat kusut karena kurang tidur, sedang gadis lain yang bersamanya justru sedang menikmati mimpi indah meski mereka sudah sampai.

Eunjung yang sangat geram terhadap gadis itu, akan membuatnya merasakan yang tidak biasa. Dengan senyum licik yang terlukis disudut bibirnya, Eunjung memandang Hyomin yang tengah tertidur dengan posisi duduk yang aneh.

Satu.. Dua.. Tiga..

 

TIIIIIIIIINNNNNNN !

 

Dengan satu kali tekanan, suara klakson memekik diseluruh penjuru basement itu. Hyomin pun terbangun dengan kalap hingga membuat keningnya terbentur dashboard.

“Awww~”

Tanpa menggubris gadis disampingnya. Eunjung segera meluncur keluar. Ia terlalu lelah untuk menanggapi gadis itu. Cukup memberinya pelajaran, Eunjung pun melenggang dengan cepat.

“Yah Eonni! Kau!”

Gadis itu menunjuk – nunjuk Eunjung dari dalam mobil. Padahal Eunjung sudah hampir memasuki lift.

Setibanya didepan pintu kamar apartemen nomor 181, Eunjung menekan tombol password untuk membuka kunci digital apartemennya.

Setelah masuk, Eunjung melongok melihat sepasang sepatu sekolah pria yang berjajar dengan sepatu sepupu ciliknya.

“Hah? Apa – apaan ini?”

 

BUGH !

 

Sadar tak sadar Hyomin seperti menabrak sesuatu. Matanya yang masih berat, dituntut untuk menuju kamar apartemennya sendiri.

“Yah Park Hyomin!” Seru Eunjung sambil berbisik.

Ternyata sesuatu yang ditabraknya adalah punggung Eunjung yang sejak tadi masih terpaku didepan kedua pasang sepatu itu.

“Ah.. Oh.. Eonni..” Gumam Hyomin dengan mata masih terpejam.

“Bangunlah! Lihat siapa yang ada dirumah ini!”

Dengan berat Hyomin membuka matanya dan mengusap wajahnya.

“Siapa?”

“Aku pun tidak tahu.. Jadi kita harus pelan – pelan memeriksanya, eumh?”

“Baiklah..” Jawab Hyomin, malas.

Eunjung berbalik dan menatap tajam Hyomin. Sepertinya gadis itu masih terbuai ke alam mimpi hingga ucapannya tidak didengar dengan baik.

“Sadarlah! Ini menyangkut adikmu, bodoh!”

“Yayaya.. Baiklah.”

Hyomin menepuk – nepuk pipinya agar lebih segar. Setelahnya ia ikut mengekori Eunjung yang sudah berjalan beberapa menit yang lalu.

 

Cklek~

 

Suara pintu terbuka berdecit sangat pelan. Melihat pemandangan didalamnya, spontan Eunjung melangkah mundur. Hal itu justru membuat gadis yang berdiri dibelakang dengan keseimbangan yang kurang, terjatuh.

“Awww~” Ringisnya, lagi dan lagi.

“Hust! Jangan berisik! Lihat apa yang dilakukan adikmu! Sigh~”

Rasa kantuk yang sejak tadi didera Eunjung, seketika hilang karena pemandangan dihadapannya kini.

Bagaimana bisa siswi pelajar tingkat atas berani tidur seranjang dengan seorang pria.

“PARK JIYEONNNN!! JUNG JINWOON!!” Pekik Eunjung, menggetarkan seluruh jiwa raga.

Hyomin pun bangkit dan menoleh kedalam. Betapa terkejutnya ia, Park Jiyeon adiknya tidur dalam dekapan Jinwoon. Ia menutupi mulutnya yang menganga.

Seperti kebakaran jenggot, Eunjung berlari kearah dua anak labil yang masih melanjutkan tidurnya meski suara falset Eunjung sudah menggelegarkan suasana subuh itu.

Didetik yang bersamaan, gadis maskulin tersebut memelintir telinga Jiyeon dan menariknya turun dari ranjang.

“Yayayaya.. Sakit! Eonni!! A-A-Ada apa?”

“Kau?! Bisa – bisanya!”

Jinwoon pun terbangun ketika mendengar suara gaduh yang mengganggu mimpi indahnya.

“N-N-Noo-Noona!”

Dengan cepat Jinwoon turun dari ranjang lalu menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya yang hanya memakai kaus dalam dengan celana pendek.

“Pria macam apa kau! Berani – beraninya!”

Kesal dengan Jinwoon, Eunjung justru memelintir telinga adik sepupunya dengan kuat.

“Yah Eonni! Sakit! Lepaskan, jebal (Please)!”

Jiyeon memegangi telinganya yang dipelintir kuat oleh Eunjung. Mencoba menahan tangan gadis itu yang mengganas.

“Eonni.. Jangan sakiti adikku, yang harus kau hukum itu Jinwoon bukan Jiyeon.” Bela Hyomin, simpati.

“Apa bedanya!” Bentak Eunjung.

“Kau sungguh seperti bibi – bibi! Cerewet sekali.”

Hyomin pun berjalan dan ikut memberi hukuman pada Jinwoon. Tanpa ampun, Hyomin memelintir telinga pria itu hingga memerah.

“Aish! Noona sakit!”

“Ini semua salahmu! Apa yang telah kau lakukan pada adikku, hah?” Tanya Hyomin sambil menendang kaki panjang Jinwoon.

Pria itu hanya bisa meringis. Tidak disangka calon kakak ipar sangat menyeramkan.

“K-K-Ka-Kami tidak melakukan apa – apa, sungguh! Kami hanya tidur satu ranjang setelah lelah bermain.”

“Apa? Bermain?” Pekik Eunjung semakin memelintir telinga Jiyeon, geram.

“YAYAYAYA EONNI!!”

Jiyeon menjerit kesakitan.

Ternyata arti bermain yang keluar dari bibir Jinwoon telah diartikan berbeda oleh Eunjung.

“Apa maksudmu?” Tanya Hyomin tak kalah geramnya.

“A-A-Apanya yang apa?” Jinwoon justru bertanya balik, sebab ia memang tidak mengerti.

“Bermain? Bermain apa?” Bentak Eunjung, lagi.

“Bermain apalagi..” Jawab Jinwoon menggantung.

”YAH!” Pekik Hyomin yang hampir memecah gendang telinga Jinwoon.

“Kami hanya bermain kkaebi kkaebi Eonni!”

Akhirnya Jiyeon meluruskan ucapan Jinwoon yang menggantung. Kedua gadis yang lebih dewasa itu langsung melepaskan tangan mereka dari telinga Jiyeon dan Jinwoon. Malu, mungkin saja. Karena mereka sudah berpikir yang macam – macam.

Kkaebi kkaebi itu sejenis permainan batu, gunting, kertas dengan sebuah lagu. Jika kedua pemain mengeluarkan yang berbeda diantara batu, gunting, kertas tersebut. Si menang langsung memukul kepala si kalah. Namun jika kedua pemain itu mengeluarkan yang sama diantaranya, mereka harus berkata ‘kkaebi kkaebi’. Seperti itulah kira – kira.

“Ah.. Tapi mengapa harus tidur seranjang! Bukankah itu tidak bagus!” Ujar Eunjung, bijak.

“Semalam kami bermain hingga kepala kami sakit. Jadi kami langsung tertidur begitu saja.” Jelas Jiyeon, memelas sambil mengelus telingannya yang sakit.

“Ya sudah! Jinwoon.. lebih baik kau pulang! Ingat jangan kembali jika kami sedang tidak ada!” Kecam Hyomin sebagai kakaknya.

“Y-Y-Ya.. Aku mengerti.”

Jinwoon pun berlari ketakutan. Hingga tanpa sadar ia belum memakai kembali pakaiannya. Tak urung hal itu membuat Eunjung, Hyomin, dan Jiyeon tertawa geli.

***

“Eunjung-ah!!” Panggil seseorang.

Gadis itu pun menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang pria sedang menghampirinya yang terhenti di koridor.

“Oh.. Taecyeon-ssi.”

“Kau terlalu formal. Panggil aku dengan panggilan biasa saja.” Papar Taecyeon.

“Ah.. Ya.. Ada apa?”

Semburat senyum terpancar indah dari raut wajah gadis berkepribadian aneh itu. Eunjung selalu tersipu saat pria tersebut berada dihadapannya.

“Kau lembur?”

Eunjung menggeleng sambil terus tersenyum.

“Apa kau ada acara sore ini?” Tanya Taecyeon lagi.

Eunjung menggeleng lagi. Ia terlihat seperti orang yang tengah terhipnotis. Ia hanya terus memandangi wajah pria dihadapannya sambil menjawab dengan isyarat. Senyum bahkan tak luput dari pancaran wajahnya.

“Baiklah.. Apa kau ingin menemaniku?”

————————————————————————————————————————-

To Be Continue..

NB : Kalau ada salah kata dan cerita yang tidak menyenangkan mohon di maafkan. Jangan lupa tinggalkan jejak. Menulis itu hal yang sangat menyenangkan, namun akan lebih menyenangkan jika imajinasi sang penulis dihargai. Happy reading ^^

Sebelumnya FF ini pernah di posting di EunMin Shipper Indonesia dan Flawless Shipper Blog  Dan kembali saya posting di website sendiri ^^

4 thoughts on “Going Crazy ! Part 1

Leave a Reply